Misteri Nusantara- Di sebuah kota kecil yang terlupakan, terdapat sebuah bangunan tua yang dulunya adalah rumah sakit terbesar di wilayah itu sekarang disebut warga Rumah Sakit Hantu yang Berpenghuni. Rumah sakit tersebut berhenti beroperasi puluhan tahun yang lalu setelah sebuah insiden mengerikan yang menewaskan banyak pasien dan staf medis. Kini, bangunan itu terabaikan, dengan jendela-jendela pecah dan pintu-pintu yang selalu tertutup rapat. Meskipun banyak yang tahu bahwa tempat itu kosong, desas-desus tentang kejadian-kejadian aneh sering terdengar dari orang-orang yang berani melintasi area tersebut.
Kunjungan Pertama
Jeslyn, seorang mahasiswa kedokteran yang baru saja pindah ke kota itu, mendengar tentang rumah sakit tua tersebut dari teman-temannya. Mereka berkata bahwa tempat itu adalah tempat yang paling menyeramkan di kota. Penasaran, Jeslyn memutuskan untuk mengunjungi rumah sakit tersebut bersama dua temannya, Rino dan Dika, untuk mencari tahu kebenaran cerita-cerita aneh yang beredar.
Saat mereka memasuki bangunan, suasana langsung berubah menjadi dingin dan sunyi. Lantai kayu berderit di bawah kaki mereka, dan bau lembap memenuhi udara. Listrik di dalam rumah sakit mati, hanya cahaya dari senter yang mereka bawa yang menerangi lorong-lorong gelap.
Suara Langkah yang Tak Terlihat
Mereka berjalan lebih dalam ke dalam bangunan, melewati ruangan-ruangan yang tampak seperti ruang perawatan dan kamar pasien. Namun, semakin jauh mereka menjelajah, semakin mereka merasa seperti diawasi. Tiba-tiba, Jeslyn mendengar suara langkah kaki dari lantai atas, meskipun mereka tahu tidak ada seorang pun di sana. “Kalian dengar itu?” tanya Jeslyn dengan suara bergetar. Rino dan Dika terdiam, mendengarkan dengan seksama, dan mereka juga bisa mendengar langkah-langkah itu.
Jeslyn merasa tubuhnya mulai kaku, namun ia tetap melangkah maju. Mereka mengikuti suara langkah kaki itu, yang semakin jelas terdengar. Ketika mereka sampai di ujung tangga, sebuah pintu kamar terbuka perlahan, tanpa ada orang yang terlihat.
Penampakan di Kamar Perawatan
Dika, yang merasa penasaran, melangkah lebih dekat ke pintu terbuka itu. Begitu ia memasukinya, matanya membelalak. Di tengah ruangan, ada sosok wanita berpakaian rumah sakit, duduk di kursi dengan wajah tertunduk. Ketika Jeslyn dan Rino masuk, wanita itu mendongak dengan mata kosong yang memancarkan aura menakutkan. Wajahnya pucat, dengan kulit yang terlihat seperti terkelupas. Namun yang lebih mengerikan adalah mulutnya yang terbuka lebar, seperti ingin berteriak, namun tidak ada suara yang keluar.
Tiba-tiba, tubuh wanita itu mulai bergerak, membungkuk, dan seolah melayang menuju mereka. “Lari!” teriak Dika, namun sebelum mereka sempat berlari, pintu kamar tertutup dengan keras, mengurung mereka di dalam.
Teror yang Terus Berlanjut
Ketiga teman itu panik. Mereka mencoba membuka pintu, namun terasa sangat berat, seolah-olah ada sesuatu yang menahannya dari luar. Suara aneh mulai terdengar, seperti bisikan yang datang dari dinding. Suara itu berulang-ulang, memanggil nama mereka satu per satu. “Jeslyn… Rino… Dika…” Suara itu semakin dekat, semakin memaksa mereka untuk merasa terperangkap.
Jeslyn mulai melihat bayangan samar di sudut ruangan. Sosok-sosok pasien yang telah meninggal, dengan wajah yang memerah dan tangan terulur, seolah-olah ingin meminta tolong. Beberapa di antaranya bahkan melayang-layang, mengelilingi mereka dengan tatapan kosong.
Kegelapan yang Menelan
Tiba-tiba, seluruh ruangan menjadi gelap. Mereka terdiam dalam kegelapan, tidak bisa melihat satu sama lain. Tiba-tiba, Jeslyn merasakan sesuatu yang dingin menyentuh bahunya, dan suara tawa rendah terdengar di telinganya. “Kamu tidak akan keluar dari sini,” bisik suara itu, menggetarkan tulang.
Ketika lampu senter mereka menyala kembali, mereka mendapati diri mereka kembali di ruang gawat darurat yang tadi mereka lewati. Namun, ada yang aneh. Tidak ada jejak kaki atau bayangan apapun yang menunjukkan bahwa mereka pernah terperangkap di sana.
Pelarian dan Kejanggalan yang Tersisa
Dengan susah payah, Jeslyn dan teman-temannya bangkit dan tanpa menoleh lagi, berlari keluar dari rumah sakit menuju desa. Begitu mereka tiba di luar, rasa takut masih membekas di tubuh mereka. Mereka berlari secepat mungkin tanpa berhenti, tetapi suara-suara bisikan itu terus mengikuti mereka, semakin dekat. Begitu mereka tiba di rumah penduduk, mereka berhenti dan menceritakan pengalamannya. Penduduk desa hanya mengangguk, ekspresi mereka cemas, seolah-olah sudah terbiasa dengan cerita-cerita seperti itu.
Rumah Sakit yang Tak Pernah Sepi
Setelah kejadian itu, Jeslyn dan teman-temannya tidak pernah lagi berani mendekati rumah sakit itu. Meskipun rumah sakit tersebut sudah lama tidak beroperasi, banyak orang yang percaya bahwa jiwa-jiwa para pasien yang tewas secara tragis masih terjebak di sana, menunggu kesempatan untuk mengganggu siapa pun yang berani menginjakkan kaki di dalamnya.
Rumah sakit itu tetap berdiri, terlupakan, tetapi tidak pernah sepi. Suara langkah kaki, tawa yang mencekam, dan bisikan-bisikan aneh masih sering terdengar di malam hari. Siapa pun yang mendekat akan merasakan teror yang tidak akan pernah hilang.
Tinggalkan Balasan