Misteri Nusantara- Rudi dan beberapa temannya memutuskan untuk berkemah di sebuah kampung terpencil di pinggir hutan. Kampung itu dikenal sebagai *Kampung Setan*, karena banyak cerita aneh yang beredar. Beberapa pendaki dan pelancong yang lewat pernah menghilang tanpa jejak, dan suara-suara misterius sering terdengar dari dalam hutan. Meskipun merasa takut, rasa penasaran mereka lebih besar, dan mereka melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di kampung itu, suasana terasa aneh. Rumah-rumah yang tampak kosong, jalanan yang sunyi, dan udara yang dingin membuat mereka merasa cemas. Namun, mereka tetap memasang tenda dan memutuskan untuk menjelajah kampung esok harinya.
Suara Ketukan di Tengah Malam
Malam pertama berlalu tanpa gangguan, namun Rudi terbangun oleh suara ketukan pelan di pintu tenda. Ia pikir itu hanya suara angin atau binatang liar, tetapi ketukan itu semakin keras dan teratur. Dengan hati-hati, ia membuka pintu tenda, namun tak ada siapa-siapa di luar.
Ketika kembali ke dalam tenda, ketukan itu terdengar lagi, kali ini lebih dekat. Rudi terdiam, merasakan ada sesuatu yang salah. Teman-temannya masih tidur lelap, tak menyadari ketegangan yang menggerogoti Rudi. Ia mencoba untuk tidur, namun suara itu terus menggema di kepalanya.
Perjumpaan dengan Warga Kampung
Esok harinya, Rudi dan teman-temannya memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang kampung itu. Mereka berjalan menyusuri jalanan sepi hingga menemukan sebuah rumah tua yang tampak lebih hidup. Seorang wanita tua, yang wajahnya tampak sangat pucat, membuka pintu saat mereka mengetuk.
Wanita itu memperingatkan mereka untuk segera meninggalkan kampung sebelum malam tiba. “Ini bukan tempat untuk orang asing,” katanya dengan suara serak. “Ada hal-hal yang lebih buruk dari yang kalian bayangkan di sini.”
Rudi dan teman-temannya merasa bingung. Mereka ingin bertanya lebih banyak, tetapi wanita itu menutup pintu dengan cepat dan menghilang ke dalam rumah.
Kehilangan Arah dan Penampakan Mengerikan
Pagi itu, mereka berkeliling kampung, mencoba menghubungi penduduk lain, namun kampung itu sepertinya semakin sepi. Semakin lama mereka berjalan, semakin gelap dan suram suasana di sekitar mereka. Rudi merasa seakan-akan mereka berputar-putar di tempat yang sama. Tiba-tiba, dari kejauhan, mereka melihat sosok seorang pria berjalan ke arah mereka. Wajahnya tertutup rambut panjang, tubuhnya kurus, dan pakaian yang dikenakannya usang dan kotor.
Ketika pria itu semakin dekat, mereka terkejut—wajah pria itu ternyata tidak ada, hanya hitam pekat seperti bayangan kosong. Ketika mereka berteriak ketakutan dan mundur, pria itu menghilang begitu saja, menyatu dengan kegelapan hutan.
Kampung yang Tak Pernah Tidur
Malam itu, mereka kembali ke tenda dengan perasaan sangat cemas. Namun, ketegangan mereka memuncak saat mereka menyadari sesuatu yang mengerikan. Semua peralatan mereka, yang sebelumnya berada di luar tenda, kini ada di dalam tenda, tersusun rapi di sekitar mereka. Tidak ada jejak langkah atau tanda-tanda siapa yang memindahkannya.
Mereka mencoba tidur, tetapi setiap kali mereka menutup mata, suara bisikan halus terdengar dari luar. Suara itu seperti memanggil nama mereka satu per satu. Ketika salah seorang dari mereka, Dwi, membuka pintu tenda, ia melihat bayangan bergerak cepat di luar, menyusup ke antara pepohonan.
Melarikan Diri dari Kegelapan
Ketegangan memuncak. Tidak tahan lagi dengan teror yang terus menerus, Rudi dan teman-temannya memutuskan untuk segera pergi. Mereka berlari menuruni jalan setapak yang gelap, dikejar oleh suara langkah kaki yang tak terlihat. Semakin cepat mereka berlari, semakin dekat suara itu, seolah-olah ada sesuatu yang mengikuti mereka.
Akhirnya, mereka berhasil keluar dari kampung itu. Begitu sampai di pinggir hutan, mereka melihat kampung itu dalam kejauhan. Anehnya, kampung itu tampak berbeda—seperti tak pernah ada kampung sama sekali. Hanya hutan lebat yang membentang.
Rudi dan teman-temannya berjanji untuk tidak kembali lagi. Mereka tahu bahwa *Kampung Setan* menyimpan misteri yang tak akan pernah mereka pahami. Sejak saat itu, mereka berusaha melupakan pengalaman itu, tetapi ada satu hal yang tak bisa mereka lupakan—perasaan bahwa kampung itu masih mengintai, menunggu untuk membawa orang-orang yang penasaran kembali.
Tinggalkan Balasan