Misteri Nusantara- Pertemuan Tak Terduga , Gadis Bernama Alia Dengan Kultilanak yang Menakutkan Di sebuah desa kecil yang dikelilingi hutan lebat. Ia baru saja pindah ke desa tersebut bersama kedua orang tuanya. Rumah mereka berada di pinggir desa, jauh dari keramaian. Pada hari pertama mereka tiba, Alia merasa ada sesuatu yang aneh di sekitar rumah baru mereka. Sesuatu yang tak bisa dijelaskan, namun membuatnya merasa cemas.
Suatu sore, ketika Alia berjalan-jalan di sekitar hutan, ia bertemu dengan seorang nenek tua yang duduk di bawah pohon besar. Nenek itu mengenakan pakaian lusuh dan terlihat sangat lemah. Alia mendekat, merasa kasihan. “Nenek, apakah kamu butuh bantuan?” tanya Alia dengan nada lembut.
Nenek itu menatap Alia dengan mata yang suram. “Jangan pergi jauh dari rumahmu, anakku,” jawab nenek dengan suara parau. “Ada sesuatu yang mengintaimu di hutan. Suatu kekuatan yang bisa menghancurkanmu.” Alia merasa ada yang tidak beres, tapi ia hanya mengangguk dan berpamitan.
Malam yang Menyeramkan
Malam pertama Alia di rumah barunya terasa berbeda. Meskipun angin sepoi-sepoi bertiup dengan tenang, suasana rumah terasa mencekam. Saat Alia hendak tidur, ia mendengar suara ketukan pelan di jendela kamarnya. Dengan rasa penasaran, ia mendekat ke jendela dan membukanya sedikit. Namun, tidak ada siapa-siapa di luar sana, hanya kegelapan yang pekat.
Setelah menutup jendela, suara itu kembali terdengar, kali ini lebih keras dan lebih sering. Alia merasa tubuhnya mulai gemetar. Ketika ia mencoba tidur, suara langkah kaki di luar kamarnya semakin jelas. Langkah itu pelan, namun terasa sangat berat dan mengerikan. Setiap kali Alia membuka mata, bayangan hitam melintas cepat di dekat pintu kamar. Sesuatu sedang mengawasi dirinya dari kegelapan malam.
Kisah Nenek Tua
Keesokan harinya, Alia berusaha untuk melupakan kejadian malam itu, namun kecemasan terus mengganggunya. Ia memutuskan untuk kembali ke tempat nenek tua itu duduk sebelumnya, ingin mencari tahu lebih banyak tentang peringatan yang diberikan nenek.
Nenek itu tidak ada di tempat yang sama, tapi suara lirih terdengar dari balik pohon besar. Saat Alia mendekat, nenek muncul dengan wajah pucat dan mata kosong. “Kau kembali?” tanya nenek, suaranya tegas. “Apa yang terjadi di desa ini bukan mitos. Itu nyata.”
Nenek itu lalu menceritakan tentang kultilanak—makhluk yang terlahir dari kejahatan dan kekuatan hitam yang datang dari kedalaman hutan. “Kultilanak terperangkap antara hidup dan mati. Jika dia memilih seseorang, tidak ada yang bisa menghentikannya. Dia akan menakut-nakuti dan mencuri jiwa.”
Alia merasa takut, namun berusaha tetap tenang. “Bagaimana cara menghindarinya?” tanyanya, suara gemetar.
Nenek itu menggeleng. “Tidak ada yang bisa menghindarinya. Satu-satunya cara untuk menghentikannya adalah menghadapi ketakutan itu sendiri.”
Malam yang Tak Terlupakan
Malam itu, suasana semakin menegangkan. Alia merasa seperti ada yang mengawasi dirinya setiap kali ia bergerak. Suara langkah kaki yang sebelumnya terdengar samar-samar kini semakin mendekat, menggema di sepanjang lorong rumah. Alia memutuskan untuk tidak tidur malam itu dan duduk di ruang tamu, menunggu hingga pagi.
Tiba-tiba, pintu depan rumah terbuka dengan sendirinya. Alia melihat bayangan hitam yang bergerak cepat di luar rumah. Sesosok makhluk tinggi dengan tubuh yang kurus, kulit yang membusuk, dan mata merah menyala berdiri di ambang pintu. Kultilanak itu telah datang.
Dengan gemetar, Alia berlari ke dapur dan mengambil pisau dapur. Tangan Alia terasa kaku, namun ada sesuatu dalam dirinya yang mendorongnya untuk bertindak. Kultilanak itu melangkah masuk, mengeluarkan suara bisikan yang mengerikan. “Kau tidak bisa melarikan diri,” katanya dengan suara berat, menggetarkan setiap dinding rumah.
5. Pertempuran Malam Itu
Kultilanak mendekat, langkahnya bergema. Alia tahu ini saatnya. Mengingat kata nenek tua, “Hadapi ketakutanmu,” ia berteriak sekuat tenaga, menatap mata merah makhluk itu. Sebuah kekuatan tiba-tiba mengalir dalam dirinya. Dengan pisau di tangan, ia menyerang dada kultilanak. Dalam sekejap, makhluk itu terhisap kegelapan dan menghilang.
6. Kehidupan Baru
Keesokan harinya, desa terasa lebih tenang, meski Alia tahu ada yang masih mengintai di hutan. Ia mengingat kultilanak yang mengerikan itu, tapi kini tanpa rasa takut. Namun, bisikan angin selalu mengingatkan, “Kultilanak tidak pernah benar-benar pergi.”
Tinggalkan Balasan