Misteri Nusantara – Bertemu Pocong di Gang Aku, Rendi, seorang karyawan di kota Surabaya. Seperti banyak perantau lainnya, aku tinggal di sebuah kos sederhana di belakang gedung Graha Mandiri. Kota ini memang sibuk, dengan segala rutinitas dan tekanan hidup yang kadang membuatku jenuh. Salah satu cara untuk menghilangkan penat adalah nongkrong bersama teman-teman.
Nongkrong Malam yang Terlambat
Malam itu, aku dan beberapa rekan kerja memutuskan untuk nongkrong di minimarket favorit kami. Lokasinya tak jauh dari kantor tempatku bekerja di kawasan Darmo. Suasananya ramai, seperti biasa, dan obrolan kami berlangsung hingga pukul 11 malam. Saat menyadari waktu sudah larut, aku langsung pamit karena harus pulang.
“Ayo, gue nebeng lo sampai halte Darmo ya,” ujarku kepada Andre, salah satu temanku.
“Nggak masalah, Ndri. Gue juga lewat sana kok,” jawab Andre santai.
Setelah sampai di halte, aku baru sadar bus yang biasanya melewati jalur ini sudah tidak beroperasi lagi. Jam menunjukkan hampir tengah malam, dan aku mulai panik mencari alternatif transportasi. Untungnya, aku melihat seorang tukang ojek yang sedang menunggu penumpang di dekat halte.
“Ojek, Pak?” tanyaku sambil mendekatinya.
“Silakan, Mas. Mau ke mana?” sahut bapak ojek itu ramah.
“Ke daerah belakang Graha Mandiri, Pak. Dekat gang kosan saya,” jelasku.
Kami segera meluncur melewati jalanan yang mulai sepi. Udara dingin menyelimuti malam, dan aku merasa sedikit lega karena sebentar lagi sampai di kos.
Ketegangan di Gang Kos
Saat tiba di depan gang menuju kosanku, tukang ojek itu tiba-tiba memperlambat laju motornya. Dia menoleh ke arahku.
“Mas, masuknya jauh nggak?” tanyanya dengan nada ragu.
“Enggak, kok. Paling cuma lima menit jalan kaki,” jawabku.
Namun, wajahnya terlihat gugup. Dia berhenti tepat di mulut gang dan menoleh lagi ke arahku. “Maaf ya, Mas. Saya sampai sini aja. Saya nggak berani masuk,” ucapnya dengan nada sedikit tergesa.
Aku mengerutkan kening, merasa sedikit kesal. “Ya udah, sini aja nggak apa-apa. Nih, ongkosnya,” jawabku sambil memberikan uang pas.
Setelah mengambil uangku, bapak itu langsung memutar motor dan pergi dengan kecepatan tinggi. Aku sempat berpikir, Kenapa dia kayak buru-buru banget?
Gang menuju kosku memang sedikit menyeramkan, dengan pohon pisang di sisi-sisinya yang menambah suasana mencekam. Meski demikian, aku berusaha menenangkan diri dan berjalan santai melewati gang itu.
Penampakan di Balik Pohon Pisang
Saat hampir sampai di ujung gang, mataku tertuju pada sesuatu yang bergerak di balik salah satu pohon pisang. Awalnya aku mengira itu hanya bayangan, tapi saat melangkah lebih dekat, tubuhku membeku.
Bayangan itu muncul semakin jelas—sebuah kepala dengan kain putih yang diikat di bagian atasnya. Mataku membelalak. Itu adalah hantu pocong, dan ia sedang mengintip dari balik pohon pisang!
“Nggak mungkin…!” bisikku dengan suara gemetar.
Aku langsung berlari sekuat tenaga menuju kosan. Keringat dingin mengucur deras, dan napasku terasa memburu. Setiap langkahku seperti dikejar rasa takut yang tak berkesudahan. Sesampainya di kos, aku langsung menutup pintu dan terengah-engah di dalam kamar.
“Apa tadi itu benar-benar pocong?!” tanyaku pada diri sendiri, masih dalam keadaan shock.
Misteri di Balik Ketakutan
Keesokan harinya, aku menceritakan kejadian itu kepada teman-teman kosku. Mereka tertawa kecil mendengar ceritaku, tapi ada satu yang wajahnya berubah serius.
“Rendi, gue pernah dengar cerita dari warga sini. Katanya, di gang itu memang sering ada penampakan pocong. Apalagi kalau malam Jumat,” ujar Edo, salah satu penghuni kos yang sudah lama tinggal di daerah itu.
Aku hanya bisa terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja kudengar. Mungkin itulah alasan kenapa tukang ojek semalam bersikap aneh. Aku masih belum percaya sepenuhnya, tapi kejadian malam itu terus terngiang di benakku hingga sekarang.
Malam itu mengubah cara pandangku tentang dunia yang tak kasat mata. Demikianlah Misteri Nusantara – Bertemu Pocong di Gang.
Tinggalkan Balasan