Misteri Nusantara – Misteri Hantu Pembeli Rumah Kisah ini adalah pengalaman nyata yang dialami oleh ayahku, Pak Rahmat, sekitar sebulan lalu. Semua bermula ketika keluarga kami berencana menjual rumah lama di Jalan Suryani, kota kecil yang tak terlalu ramai. Setelah membeli rumah baru di kawasan Taman Bunga, aku bersama kedua adikku sudah menetap di sana, sementara ayah dan ibuku, Bu Ningsih, memutuskan tinggal di rumah lama untuk mengurus calon pembeli.
Malam Pertemuan Pertama
Malam itu, sekitar pukul 7, seorang pria datang ke rumah lama kami untuk melihat-lihat. Pak Rahmat menyambut dengan ramah, menawarkan tur singkat, sementara Bu Ningsih menghidangkan teh hangat. Pria itu tampak tertarik, namun berkata, “Saya harus berdiskusi dulu dengan keluarga. Bisa beri saya waktu beberapa hari, Pak?”
“Silakan, Pak. Kalau jadi, kabari saja. Nomor saya ada di kertas ini,” jawab Pak Rahmat sambil tersenyum.
Setelah pria itu pergi, suasana rumah kembali sepi. Pak Rahmat mulai mencatat detail rumah di secarik kertas: luas tanah, kondisi bangunan, hingga fasilitasnya. Bu Ningsih, sementara itu, rebahan di ruang tengah sambil menonton sinetron kesukaannya. Rumah itu masih layak dihuni karena belum semua barang kami pindahkan ke rumah baru.
Ketukan Misterius di Tengah Malam
Tepat pukul 10 malam, terdengar suara ketukan di pintu.
“Tok… tok… tok…”
Pak Rahmat berhenti menulis. “Siapa lagi malam-malam begini?” gumamnya.
Ketukan itu terdengar lagi, lebih keras. “Tok… tok… tok…”
“Iya, sebentar!” jawab Pak Rahmat sambil berjalan menuju pintu. Ia membuka pintu perlahan. “Ceklek… ngeeeek…”
Namun, di depan pintu tak ada siapa pun. Pak Rahmat keluar ke teras, memeriksa sekeliling. Seketika, ia melihat sosok pria berdiri di pojok teras, tepat di belakang meja dan kursi teras.
Pria itu terlihat berusia sekitar 40-an dengan kumis tebal yang mencolok. Pak Rahmat merasa tak mengenal wajah itu.
“Cari siapa, Pak?” tanya Pak Rahmat.
“Rumah ini dijual, ya?” jawab pria itu dengan nada datar.
“Betul, Pak. Mau lihat-lihat? Ayo, masuk saja ke dalam,” kata Pak Rahmat sambil mempersilakan.
Pria itu menggeleng pelan. “Tidak usah. Di sini saja.”
“Oh, baik. Silakan duduk, Pak,” ajak Pak Rahmat sambil menarik kursi. Namun, pria itu tetap berdiri diam tanpa ekspresi, hanya menatap Pak Rahmat dengan tatapan kosong.
Rahasia di Balik Kaki yang Melayang
Pak Rahmat merasa ada yang ganjil. Ketika ia duduk, ballpoint yang dipegangnya terjatuh ke kolong meja. Ia membungkuk untuk mengambilnya. Saat itu, ia melihat sesuatu yang membuatnya merinding: kaki pria itu melayang, tak menyentuh lantai!
“Ya Allah…” Pak Rahmat bergumam pelan, mencoba menenangkan diri. Ia berdiri dengan gugup dan berkata, “Sebentar ya, Pak. Saya ambilkan minum dulu.”
Namun, saat ia kembali menatap pria itu, sosok tersebut sudah menghilang. Pak Rahmat merasakan jantungnya berdegup kencang. Kakinya melemas, dan sebelum ia sadar, tubuhnya ambruk ke lantai.
Ibu yang Kebingungan
Bu Ningsih yang sedang di ruang tengah mendengar suara benda jatuh. Ia bergegas ke teras dan mendapati suaminya tergeletak tak sadarkan diri. Dengan panik, ia mencoba membangunkannya.
“Pak, bangun, Pak! Kenapa ini?” panggil Bu Ningsih sambil mengguncang tubuh Pak Rahmat.
Pak Rahmat akhirnya siuman setelah beberapa menit, wajahnya masih pucat pasi.
“Ada apa, Pak?” tanya Bu Ningsih, bingung.
Pak Rahmat menggeleng pelan, mencoba menenangkan istrinya. “Tidak apa-apa. Hanya pusing sedikit,” jawabnya singkat, tak ingin membuat istrinya khawatir.
Akhir yang Lega
Keesokan harinya, Pak Rahmat menceritakan kejadian itu kepada kami. Kisahnya membuat bulu kuduk kami meremang. Hingga kini, kami masih bertanya-tanya siapa sosok pria misterius itu. Namun, tak lama setelah kejadian tersebut, rumah lama kami berhasil terjual. Meski lega, kami sekeluarga masih merasa ada misteri yang tersisa dari rumah itu.
“Siapa tahu, sosok itu memang pembeli yang tak kasat mata,” gurau adikku, mencoba mencairkan suasana. Namun, senyumnya terlihat canggung, menyiratkan rasa takut yang sama seperti kami semua. Demikianlah Misteri Nusantara – Misteri Hantu Pembeli Rumah.
Tinggalkan Balasan