Pengalaman Horor Saat Anak Pertama Lahir
Hantu Di Atas Genteng Rumah Namaku Budi, dan pengalaman ini terjadi ketika anak pertama kami lahir. Kejadiannya di awal Februari 2016, tepat pada tanggal 1, sekitar pukul dua belas siang. Anakku lahir dengan sehat dan sempurna, seorang bayi laki-laki yang sudah lama kami nantikan. Rasa bahagia tak tergambarkan saat itu.
Sebagai seorang ayah baru, aku pun segera mengabarkan berita bahagia ini kepada keluarga dan sahabat. Pertama, aku menelepon ibuku yang sangat senang mendengar kabar ini dan memberikan doa untuk kelancaran semua proses. Ketika berbicara dengan kakakku yang tinggal di Tangerang, ia memberiku pesan yang agak aneh namun tegas, “Jangan tidur sore, Bud. Setidaknya tahan sampai lewat tengah malam.” Aku sempat heran tapi tidak banyak bertanya, mungkin saja ada maksud di balik nasihat itu.
Kegelisahan Malam Pertama
Sore harinya, sekitar pukul empat, kami akhirnya bisa pulang membawa istri dan anakku ke rumah kami di Purwokerto. Setelah berjam-jam mengurus kebutuhan bayi, menerima tamu, serta menyiapkan tempat bagi istriku untuk istirahat, rasa lelah mulai menyerangku. Sekitar pukul sepuluh malam, aku tak bisa menahan rasa kantuk dan akhirnya tertidur, meskipun teringat dengan pesan kakak untuk tidak tidur sebelum lewat tengah malam.
Namun, sekitar pukul setengah dua belas malam, aku tiba-tiba terbangun karena suara tangis bayi kami yang kian keras. Suaranya seperti ada yang mengganggu—bukan sekadar tangisan lapar atau kedinginan. Aku segera mengambil air wudhu dan mengamati bayi yang sedang ditenangkan oleh istriku, tapi tangisnya tak kunjung reda.
Penampakan di Atas Genteng
Pukul dua belas malam tepat, aku merasa ada hal yang tidak biasa. Dengan firasat buruk, aku memutuskan untuk keluar rumah dan mulai berjalan perlahan di sekitar halaman, mengamati atap dan sudut rumah dengan seksama. Dalam hati, aku bergumam, “Ini pasti ada sesuatu yang datang mengganggu.”
Di tengah kekhawatiran itu, aku menyalakan sebatang rokok dan berdiri di luar pagar rumah, menatap ke arah genteng. Tiba-tiba, firasatku menjadi kenyataan—aku melihat sesuatu yang membuat bulu kudukku berdiri. Di atas genteng, tepat di atas kamar anakku, terlihat dua sosok yang tidak seharusnya ada.
Sosok pertama mirip seperti gorila besar dengan bulu hitam lebat yang menutupi seluruh tubuhnya. Ia berdiri di atas genteng, menghadap langsung ke arah kamar anakku. Sosok kedua adalah kuntilanak yang duduk dengan santai di tepi genteng, mengenakan gaun putih lusuh, dengan rambut panjang terurai menutupi wajahnya. Kakinya menggantung, berayun-ayun seolah menikmati suasana malam yang sunyi.
Konfrontasi Tak Terduga
Aku merasakan ketakutan yang luar biasa, tapi entah dari mana, keberanian muncul dalam diriku. Mungkin karena keinginan kuat untuk melindungi keluargaku, aku nekat menghadapi dua sosok tersebut. Dengan keberanian yang kupaksakan, aku berdehem keras dan berseru, “Ehem!”
Kedua sosok itu menoleh, menatapku tanpa ekspresi. Rasanya seolah-olah mereka sedang mengamatiku dari kedalaman yang jauh. Aku menegakkan diri dan berbicara dengan suara lantang, “Hei! Aku tidak mengganggu kalian. Jangan ganggu anak dan istriku! Pergi dari sini, atau aku tidak akan segan-segan mengusir kalian!”
Sosok hitam besar itu menatapku sejenak sebelum menghilang dalam sekejap. Namun, kuntilanak itu tampaknya enggan pergi begitu saja. Ia tertawa kecil, suara cekikikannya menggema di udara, membuat suasana semakin mencekam. Akhirnya, ia pun melayang naik, menghilang ke kegelapan malam.
Ketentraman yang Kembali
Setelah kedua sosok itu menghilang, tangisan anakku tiba-tiba berhenti. Dengan rasa lega, aku masuk kembali ke dalam rumah dan melihat anak serta istriku sudah tertidur lelap, seolah tidak ada yang terjadi. Malam itu aku tidak langsung tidur. Aku tetap berjaga sampai pukul dua pagi, memastikan bahwa tidak ada lagi yang mengganggu ketenangan keluargaku.
Pesan yang Tak Terlupakan
Pengalaman malam itu mengajarkanku untuk selalu waspada. Aku tidak memiliki ilmu kanuragan atau kemampuan khusus, tapi rasa tanggung jawab sebagai ayah yang ingin melindungi keluarga membuatku berani menghadapi ketakutan. Bagi kalian yang tinggal di daerah dan memiliki istri yang baru saja melahirkan, mungkin ada baiknya mengikuti pesan yang diberikan kakakku—berjaga di malam hari dan selalu berserah kepada Yang Maha Kuasa.
Tinggalkan Balasan