Jalan Raya Dalam Dunia Hantu Dulu, saat ibu mertuaku yang sudah almarhumah masih hidup, dia pernah membicarakan tentang “jalan raya” dalam dunia lelembut. Dalam pembicaraan itu, ia menjelaskan bahwa layaknya jalan raya di dunia manusia, di alam lelembut juga ada jalur yang digunakan makhluk halus untuk beraktivitas. Kalau di dunia kita, jalan aspal dilalui oleh pejalan kaki dan kendaraan bermotor, maka di dunia mereka, jalan lelembut dilalui oleh berbagai makhluk halus.
Almarhumah ibu mertuaku memang memiliki kemampuan supranatural, layaknya seorang indigo. Sayangnya, beliau dipanggil Sang Khalik sebelum sempat menjelaskan lebih banyak tentang “jalan raya lelembut.” Namun, beliau pernah memberiku satu petunjuk: satu rute dan beberapa ciri khas jalan lelembut yang biasa dilalui oleh para makhluk gaib.
Rute itu ada tepat di seberang rumahku. Jalan itu seperti sebuah gang kecil yang membatasi dua rumah yang berjejer. Setelah melewati jalan aspal dan berbelok ke kiri, rute itu melewati persis di depan rumahku yang sekarang kutinggali. Sejak ibu mertuaku menjelaskan hal ini, aku kerap memerhatikan rute tersebut, apalagi ketika suasana malam mulai senyap dan jalanan mulai lengang.
Penampakan di Malam Hari
Sudah dua malam berturut-turut, tepatnya pada malam Selasa dan malam Rabu, aku melihat langsung dengan mata kepala sendiri penampakan makhluk halus yang melintas di sekitar rumah. Namun, sama seperti sebelumnya, aku hanya bisa melihat sosoknya dari samping atau belakang saja, tidak pernah dari depan.
Selasa Malam
Pada malam Selasa sekitar pukul dua belas, aku dan istriku sedang duduk di ruang tengah, berbincang santai sambil menonton televisi. Suara malam begitu tenang, dengan sedikit derit angin yang menelusup lewat jendela. Tiba-tiba, “SREEET…” ada bayangan melintas di sisi kiriku, tidak jauh—sekitar dua meteran. Refleks, aku menoleh ke kiri, dan yang kulihat membuat bulu kudukku berdiri.
Ternyata itu adalah sosok perempuan dengan gaun putih yang lusuh dan berlubang di beberapa bagian, seperti kain kafan yang sudah lama terkubur di dalam tanah. Demi Tuhan, aku melihat jelas kakinya yang pucat seperti kaki mayat! Kakinya tidak menyentuh lantai, melayang sedikit di atas tanah. Kulihat bagian belakang tungkai kakinya dan mata kakinya yang penuh luka seperti membusuk. Aku berusaha menahan napas dan tetap tenang agar istriku tidak menyadari dan ketakutan.
Sosok Hitam di Pintu
Sekitar satu jam kemudian, ketika malam semakin larut, aku membuka-buka email di ponselku untuk menghilangkan rasa kantuk. Tiba-tiba, dari sudut mataku, aku melihat bayangan hitam melesat cepat di depan pintu rumah. Di rumahku, pagar tembok cukup tinggi, jadi seharusnya kepala orang normal tidak akan terlihat jika berjalan di depan rumah. Namun, yang kulihat malam itu adalah sosok hitam dengan kepala yang agak lancip ke atas. Gerakannya sangat cepat, hanya sekelebat.
Refleks, aku berlari menuju pintu dan membuka pagar rumah, namun sosok itu sudah menghilang. Jalan di depan rumah lengang, hanya ada bayangan pepohonan yang sesekali bergoyang tertiup angin malam. Aku berdiri beberapa saat, menajamkan mata dan telinga, namun tidak ada yang terlihat atau terdengar selain angin.
Jejak Mistik yang Tak Terjelaskan
Ketika aku kembali masuk ke rumah, aku merasakan ada hawa dingin yang menusuk. Malam semakin larut, dan suasana semakin mencekam. Aku tidak bisa tidur setelah melihat kedua penampakan itu. Kata-kata almarhumah ibu mertuaku tentang jalan raya lelembut terngiang-ngiang di kepalaku. Apakah ini jalan yang dimaksudnya? Mengapa jalan ini begitu sering dilewati oleh makhluk-makhluk dari dunia lain?
Beberapa kali aku merasa ada suara samar di sekitar rumah, seperti bisikan halus atau tawa lirih yang terputus-putus. Aku tidak bisa memastikan apakah itu hanya imajinasiku atau memang ada sesuatu yang lain.
Peringatan Ibu Mertua yang Terlupakan
Aku teringat, almarhumah ibu mertuaku pernah mengatakan padaku agar selalu menutup pagar dan tidak terlalu sering menyalakan lampu depan pada malam-malam tertentu. Katanya, cahaya bisa menarik perhatian makhluk-makhluk tersebut. Namun, sejak beliau meninggal, aku mengabaikan petunjuk itu. Kini, aku tidak bisa berhenti berpikir, mungkin semua penampakan ini adalah peringatan karena aku telah melupakan nasihatnya.
Malam-malam berikutnya, aku memutuskan untuk mengikuti kata-kata almarhumah dan menjaga suasana rumah tetap temaram. Meski begitu, setiap aku melewati jalan di seberang rumah, aku tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa sesuatu sedang mengawasi, sesuatu yang tak kasat mata namun selalu ada, menunggu saat yang tepat untuk menampakkan diri.
Tinggalkan Balasan