Cerita ini mulai menyebar di lingkungan kami saat aku masih duduk di kelas 3 sekolah dasar. Di kampungku, beredar kisah menyeramkan tentang penjual bakso tanpa kepala yang berkeliaran tepat jam 12 malam. Katanya, ia mencari-cari kepalanya yang hilang dengan suara dentingan mangkuk yang dipukul-pukul, seperti layaknya penjual bakso yang sedang menawarkan dagangan.
Suara Dentingan Mangkuk di Tengah Malam
Suatu malam, sekitar jam 12 malam, tetanggaku, Ardi, mendengar suara mangkuk bakso yang dipukul-pukul, tepat di depan rumahnya. Ardi sebenarnya sudah pernah mendengar cerita tentang tukang bakso tanpa kepala ini. Namun, malam itu, perutnya keroncongan, dan rasa laparnya mengalahkan ketakutannya. Ia segera bangkit dari tempat tidur, mengenakan sendal, dan berjalan keluar rumah.
Ketika ia keluar, suara dentingan mangkuk bakso terdengar semakin jelas, seakan suara itu menunggunya. “Mas, satu mangkok bakso, ya! Baksonya sama mienya kasih banyak, kuahnya dikit aja,” seru Ardi, mengintip ke arah suara itu.
Namun, ketika ia melangkah ke teras, pandangannya langsung terpaku pada sebuah gerobak bakso yang berdiri di pinggir jalan, tapi tanpa sosok penjualnya.
“Aneh, kok gak ada orangnya?” Ardi bergumam, sembari merinding.
Munculnya Sosok Tanpa Kepala
Ardi mulai merasa cemas dan hendak berbalik masuk ke rumah, namun suara langkah kaki terdengar mendekat dari belakangnya. Dengan perasaan takut, Ardi menoleh perlahan-lahan, dan di sanalah ia melihatnya—sosok tubuh tanpa kepala berdiri di depannya, membawa sebuah mangkuk berisi daun-daun kering dan belatung.
“Bang… baksonya… di mana kepalamu, Bang?” suara Ardi gemetar.
Sosok tanpa kepala itu tidak menjawab. Ia hanya berdiri di sana, mengulurkan mangkuk kotor yang penuh belatung, mengeluarkan aroma busuk yang menusuk hidung. Detik itu juga, Ardi berteriak histeris dan langsung lari ke dalam rumah.
Suara teriakan Ardi membangunkan banyak warga, termasuk ayahku. Warga bergegas keluar dan menemukan Ardi pingsan di teras rumahnya, tubuhnya basah kuyup oleh keringat dingin.
Penjelasan dari Mulut Ardi
Beberapa jam kemudian, setelah siuman, Ardi duduk dengan wajah pucat dan mata yang terlihat ketakutan. Warga yang penasaran segera mengelilinginya, mendesak untuk mendengar penjelasan dari mulut Ardi sendiri.
“Aku… aku lihat tukang bakso itu… tanpa kepala!” suara Ardi bergetar.
“Tanpa kepala?” Pak Amin, salah seorang tetangga, mengerutkan dahi. “Jangan bercanda, Di. Kamu cuma mimpi kali!”
“Bukan mimpi, Pak! Saya dengar suara mangkuknya, dan saya juga lihat gerobaknya. Tapi ketika saya dekati, gak ada orangnya. Tiba-tiba ada sosok tanpa kepala itu, dia pegang mangkuk penuh belatung!”
Semua orang saling berpandangan, merinding mendengar cerita Ardi. Anehnya, tidak ada satu pun warga lain yang mendengar suara dentingan mangkuk bakso itu selain Ardi.
Kisah Tragis Penjual Bakso yang Terbunuh
Beberapa hari setelah kejadian itu, aku bertemu dengan Pak Budi, tetangga sebelah rumah, yang kemudian menceritakan asal-usul dari hantu tukang bakso tanpa kepala ini.
“Dulu, penjual bakso itu sebenarnya orang yang baik dan ramah. Semua orang suka sama dia karena baksonya enak dan murah,” cerita Pak Budi sambil menghela napas panjang.
Mendengar itu, rasa penasaranku semakin besar. “Terus, kenapa dia bisa jadi hantu, Pak?” tanyaku.
“Suatu sore menjelang magrib, penjual bakso itu pulang setelah seharian berjualan. Saat dia melewati sebuah gang sepi, segerombolan preman tiba-tiba mencegatnya. Mereka minta dibikinkan bakso,” jelas Pak Budi.
Perkelahian yang Berakhir Tragis
“Setelah mereka kenyang, para preman itu malah memaksa penjual bakso untuk menyerahkan semua uang hasil jualannya hari itu,” lanjut Pak Budi dengan nada pelan, seakan takut orang lain mendengar ceritanya.
“Dia pasti gak mau ngasih uangnya, ya, Pak?” tanyaku, semakin penasaran.
Pak Budi mengangguk. “Benar. Dia berusaha melawan, tapi karena jumlah preman itu banyak, dia akhirnya kalah juga. Dengan kejam, mereka memukulnya hingga pingsan, lalu salah satu dari mereka memenggal kepalanya.”
Aku bergidik mendengar akhir cerita itu. “Terus para preman itu, gimana, Pak?”
Pak Budi tersenyum tipis, seolah ada rahasia kelam yang ia simpan. “Sebulan setelah kejadian itu, satu per satu preman yang terlibat mulai tewas secara misterius. Mayat mereka ditemukan dengan kondisi yang mengerikan. Cuma satu pelaku yang berhasil ditangkap, tapi dia pun sekarang kabarnya tidak waras lagi.”
Tinggalkan Balasan