Keberanian Seorang Ibu Penjual Gorengan
Teror Hantu Penjual Gorengan di Pabrik Sukamaju Di sebuah daerah bernama Sukamaju, terdapat sebuah pabrik besar yang beroperasi hampir sepanjang waktu. Pabrik ini memiliki banyak karyawan, dan salah satu kebiasaan mereka adalah membeli gorengan bakwan dan nasi uduk dari seorang wanita paruh baya yang biasa berkeliling menjajakan dagangannya setiap malam. Nama wanita itu adalah Mak Lina, dan meskipun kehidupannya tidak mudah, ia selalu ceria, bahkan di tengah kelelahan yang membebani tubuhnya.
Mak Lina, seorang ibu tunggal dengan tiga anak, bekerja keras demi menafkahi keluarganya. Setiap malam, meskipun sudah seharian bekerja keras, ia masih menyempatkan diri untuk membawa bakul berisi gorengan dan nasi uduk menuju pabrik Sukamaju. Ia sangat dikenal oleh para karyawan pabrik, terutama yang bekerja di shift malam. Banyak dari mereka yang sudah menjadi pelanggan tetap dan selalu menunggu kehadirannya. Tanpa kehadiran Mak Lina, mereka akan kesulitan mencari makanan di tengah malam.
Malam Malang di Depan Gerbang Pabrik
Namun, suatu malam yang seharusnya menjadi malam yang biasa, justru berakhir dengan tragedi. Setelah menjajakan dagangannya di area pabrik, Mak Lina melangkah ke luar, melintasi jalan untuk pulang. Entah karena mengantuk atau pikiran yang melayang, Mak Lina tidak menyadari sebuah mobil melaju kencang dari arah kanan. Terlalu cepat untuk menghindar, mobil itu menabrak tubuh Mak Lina dengan keras. Bruaakkk!
Suara benturan itu menggema di malam yang sunyi. Bakul gorengan yang ia bawa terlempar, berhamburan di tengah jalan, sementara tubuhnya terkulai lemas dengan kepala yang pecah. Darah segar mengalir deras di aspal, sementara pengemudi mobil itu tidak menunjukkan tanda-tanda berhenti. Ia langsung tancap gas, meninggalkan tubuh Mak Lina yang tergeletak tak bernyawa.
Pada malam itu, suasana di sekitar pabrik menjadi kacau. Beberapa warga yang mendengar suara keras bergegas ke lokasi, dibantu oleh petugas keamanan pabrik yang tengah berjaga. Mereka semua terkejut melihat kondisi Mak Lina yang mengenaskan, dengan wajah yang hancur dan tubuh yang tergeletak di tengah jalan. Tidak lama setelah kejadian, jasad Mak Lina dibawa ke rumah sakit terdekat. Semua orang yang menyaksikan kejadian itu merasa hancur, namun mereka tak tahu kalau kejadian itu baru permulaan dari serangkaian peristiwa mengerikan yang akan datang.
Teror yang Mulai Muncul
Setelah beberapa hari, suasana mulai kembali normal. Namun, para karyawan shift malam mulai merasakan keanehan yang tak bisa mereka jelaskan. Beberapa dari mereka mengatakan bahwa mereka melihat seorang wanita yang mirip dengan Mak Lina, membawa bakul dagangan dan berjalan menuju area pabrik. Anehnya, wanita itu tidak bisa dilihat oleh para satpam yang berjaga di pos utama. Mereka pun mulai merasa tertekan, seperti ada yang mengawasi mereka setiap saat.
Pertemuan Tak Terduga dengan Hantu Mak Lina
Pada malam berikutnya, Bayu, Tono, dan Ari—tiga pemuda yang biasa membeli gorengan dari Mak Lina—masuk ke dalam pabrik untuk shift malam mereka. Begitu mereka berjalan ke luar menuju pintu gerbang pabrik, mereka melihat sosok familiar di dekat gerbang. Seorang wanita tua dengan wajah pucat dan tubuh ringkih berdiri di sana, menawarkan gorengan dan nasi uduk. Semua terasa biasa, hingga mereka mulai berbincang-bincang dengan sosok itu.
“Mak, biasa, nasi uduknya dua bungkus, sama bakwannya dua ya. Pake sambal kacang,” kata Bayu sambil tersenyum, seperti biasa.
Namun, kali ini ada yang aneh. Wanita itu hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa. Bayu merasa ada yang tidak beres, tetapi ia menganggapnya hanya kelelahan biasa. Tono pun menambahkan, “Mak, kok malam ini kayaknya pucat banget? Kenapa gak ngomong banyak seperti biasa?”
Wanita itu hanya mengangguk lagi, tanpa ekspresi. Sesekali, ia hanya memberikan senyum tipis, tapi sangat jarang. Ari merasa ada yang salah, namun tidak bisa menjelaskan apa yang membuatnya merasa cemas.
Mereka pun makan gorengan dan nasi uduk yang disediakan, sambil mengobrol dan tertawa seperti biasa. Setelah selesai makan, mereka membungkus makanan untuk teman-teman mereka di dalam pabrik yang juga biasa memesan. Saat hendak beranjak masuk kembali, Tono berkata dengan santai, “Mak, catet dulu ya, nanti akhir bulan lunas hutangnya, hehehe.”
Namun, kali ini wanita itu menjawab dengan suara yang datar, “Iya, tapi jangan lupa ya, hutang semua dibayar lunas nanti.”
Sesuatu yang tidak biasa. Biasanya, Mak Lina akan tertawa dan bercanda, tapi kali ini ia bicara dengan serius, bahkan terkesan tegas. Bayu, Tono, dan Ari merasa janggal, tetapi mereka menganggapnya hal yang wajar.
Bungkusan Gorengan yang Mengerikan
Ketika mereka masuk kembali ke dalam pabrik, mereka menyerahkan bungkusan makanan kepada rekan mereka. Wawan, salah satu teman mereka yang tinggal satu desa dengan Mak Lina, tampak terkejut. “Kalian dapat gorengan dan nasi uduk dari siapa?” tanya Wawan.
“Ada-ada aja lu, Wawan, ya dari Mak Lina lah,” jawab Ari sambil tersenyum.
Wawan melongo. “Serius kalian gak tahu? Mak Lina kan baru saja meninggal karena kecelakaan kemarin!”
Bayu, Tono, dan Ari langsung terdiam. Wawan meyakinkan mereka bahwa dia baru saja ikut tahlilan untuk Mak Lina di rumahnya. “Dia meninggal kecelakaan, kecelakaan yang sangat mengerikan!” kata Wawan, “Mak Lina meninggal tepat di depan gerbang pabrik, dan kalian baru saja makan gorengannya!”
Bayu, Tono, dan Ari merasa tidak percaya. Mereka segera membuka bungkusan makanan yang mereka bawa, dan saat itu juga mereka merasakan hawa dingin yang aneh. Begitu mereka membuka kantong plastik itu, mereka menemukan nasi uduk dan bakwan yang sebelumnya terasa hangat, kini sudah berubah menjadi kotor dan berbau busuk, bercampur dengan tanah.
Mereka ketakutan, dan suasana di pabrik malam itu menjadi semakin mencekam. Beberapa karyawan mulai bercerita bahwa mereka juga melihat sosok Mak Lina dengan wajah yang hancur, melayang di udara sambil menawarkan dagangannya. Sosok itu akan berhenti tepat di hadapan karyawan yang tak sengaja menatapnya, menawarkan nasi uduk dan bakwan dengan senyum yang mengerikan.
Teror ini semakin intens setiap malam. Para karyawan shift malam merasa tercekik oleh rasa takut. Beberapa orang bahkan pingsan setelah melihat sosok Mak Lina di tengah malam. Mereka merasa terintimidasi, dan banyak dari mereka yang memilih untuk meninggalkan pabrik lebih cepat. Kejadian-kejadian mengerikan mulai meresahkan seluruh pabrik.
Menghadapi Teror dengan Pembayaran Hutang
Akhirnya, Bayu, Tono, dan Ari memutuskan untuk mengambil tindakan. Mereka mengumpulkan uang dari semua karyawan yang masih memiliki hutang kepada Mak Lina. Mereka berencana untuk pergi ke desa Mak Lina dan memberikan uang itu kepada keluarganya, serta meminta maaf atas ketidaktahuan mereka. Setibanya di sana, mereka menyampaikan rasa penyesalan mereka, serta mengembalikan hutang-hutang yang belum terbayar. Setelah itu, mereka berharap Mak Lina dapat beristirahat dengan tenang, dan tidak lagi mengganggu pabrik dengan terornya.
Hantu yang Akhirnya Tenang
Sejak hutang-hutang dilunasi, kejadian-kejadian menyeramkan di pabrik pun berhenti. Namun, tak ada yang benar-benar bisa melupakan pengalaman menakutkan itu, terutama Bayu, Tono, dan Ari. Mereka tahu, terkadang dunia ini tidak hanya terdiri dari yang tampak di mata, tapi juga yang tak bisa dijelaskan oleh logika. Teror Hantu Penjual Gorengan di Pabrik Sukamaju
Tinggalkan Balasan