Perkenalan ke Rumah Baru

Rumah Baru, Teror Lama : Kisah di Balik Bayangan : Aku bukanlah orang yang memiliki kemampuan indigo atau bisa melihat makhluk gaib, tapi sejak kecil, aku merasa seperti bisa merasakan keberadaan makhluk tak kasat mata di sekitarku. Berikut adalah salah satu kisahku.

Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 2007, saat aku baru saja lulus dari SMA. Untuk mencari pengalaman baru, aku pergi ke rumah pamanku di Bukit Merah, sebuah daerah kecil di wilayah Selatan Sumatera. Aku tinggal di sana selama tiga bulan. Suatu hari, pamanku berencana pindah kontrakan untuk mencari suasana baru. Tak lama setelah itu, kami pun pindah.

Rumah yang kami tempati termasuk sangat tua. Rumah dua lantai ini hanya memiliki satu kamar besar di setiap lantainya, kira-kira berukuran 6×6 meter, terlalu luas untuk ukuran kamar biasa. Kabarnya, puluhan keluarga sebelumnya sudah pernah menyewa rumah ini.

Gangguan Pertama di Malam Hari

Hari pertama kami di sana, kami langsung membersihkan rumah. Sebenarnya aku sudah bisa merasakan hawa yang aneh di tempat itu, tapi aku memilih diam dan tidak mengatakannya pada pamanku.

Malamnya, karena kelelahan, aku tidur pulas di kamar atas bersama sepupuku, seorang gadis bernama Mira, yang usianya terpaut dua tahun di bawahku. Kami punya kebiasaan yang sama: tak bisa tidur jika lampu menyala terang, jadi kami mematikan lampu hingga kamar menjadi gelap gulita.

Gangguan dari makhluk itu langsung aku rasakan malam itu juga. Di antara sadar dan tidak, aku melihat sosok tinggi besar berdiri di sudut tangga. Kebetulan, pintu kamar belum tertutup. Sosok itu memiliki tubuh berpostur tak wajar dengan mata merah menyala dan rambut gimbal yang kusut. Dia terus menatap ke arahku.

Aku langsung ketakutan dan berniat membangunkan Mira, tapi tubuhku kaku tak bisa bergerak, dan suaraku tercekat di tenggorokan. Hanya bisa pasrah, aku berdoa sambil memejamkan mata, berharap makhluk itu akan segera hilang.

Suara Misterius di Kamar Mandi

Tiga minggu berlalu tanpa gangguan berarti, hingga suatu hari kami pergi berwisata ke air terjun dan pulang menjelang maghrib. Kami mandi bergantian. Aku mendapat giliran terakhir karena sedang menstruasi, jadi aku mengalah karena yang lain ingin segera salat maghrib.

Saat aku selesai mandi dan hendak mengenakan handuk, samar-samar kudengar seseorang memanggil namaku. Awalnya suara itu lirih, lalu semakin jelas. Kupikir itu suara Mira, tapi anehnya, itu bukan suaranya.

“Siapa ya?” tanyaku setengah berteriak.

“Ini aku, Lisa,” jawab suara itu.

Rumah Baru, Teror Lama : Kisah di Balik Bayangan
Rumah Baru, Teror Lama : Kisah di Balik Bayangan

“Ada apa?” tanyaku, tapi tak ada sahutan lagi. Aku segera mengenakan handuk dan keluar, berpikir mungkin Lisa adalah teman Mira.

Sesampainya di kamar, aku bertanya pada Mira apakah ada teman atau saudara bernama Lisa yang berkunjung. Dia terkejut dan bilang tidak ada. Aku menceritakan apa yang kudengar di kamar mandi. Mira jadi ketakutan.

“Kak, ini sudah maghrib. Tak mungkin ada orang yang datang berkunjung. Coba lihat itu,” ujarnya sambil menunjuk ke sudut kamar di mana sebuah kertas jadwal pelajaran yang usang ditempel di langit-langit. Di situ, tertulis nama Lisa Purwani, tepat di bawah jadwal pelajaran kelas 3 IPA tahun 1996/97.

Penampakan Anak Kecil dan Perempuan Misterius

Keesokan harinya, aku mencoba bertanya pada tetangga tentang seorang anak bernama Lisa. Mereka bercerita bahwa Lisa adalah seorang gadis remaja yang meninggal karena jatuh ke dalam sumur di kamar mandi rumah ini. Mereka heran bagaimana aku bisa tahu nama Lisa, dan aku hanya menyebut melihat nama di jadwal pelajaran di kamar.

Dua hari berselang, sekitar pukul 16.30, aku bangun dari tidur siang dan pergi ke dapur untuk mengambil minum. Saat menenggak air dari dispenser, tiba-tiba seorang anak kecil berlari dari arah pintu belakang, mendorongku hingga tersedak. Aku mengira itu sepupuku, Ilham, yang berusia 4 tahun. Anak itu tampak seperti habis mandi, dengan bedak yang menempel di punggungnya. Tapi aroma bedaknya begitu menyengat.

ISOTOTO : Platform Game Online Terpercaya di Indonesia
ISOTOTO : Platform Game Online Terpercaya di Indonesia

“Ilham! Baru selesai mandi kok belum pakai baju? Nanti masuk angin,” tegurku.

Tapi bukannya Ilham yang menjawab, melainkan bibiku yang berada di ruang tengah, “Ilham kan belum pulang sejak pagi, dia ikut ayahnya ke rumah saudara kita di kota sebelah.”

Aku tertegun, belum sempat mencerna apa yang terjadi, aku melihat bayangan seorang perempuan dengan rambut panjang mengenakan daster lusuh, melayang cepat ke arah ruang tamu. Aku segera mengucap istigfar berkali-kali.

Malam Penuh Teror

Malam harinya, gangguan kembali terjadi. Saat aku mulai terlelap, aku terbangun melihat Ilham berlari-lari kecil sambil tertawa di kamar. Tapi saat mataku terbuka, tak ada siapa pun di sana. Aku tak bercerita apa pun pada Mira karena tak ingin membuatnya takut.

Ketika aku mencoba tidur lagi, tiba-tiba dadaku terasa sesak, seolah ditindih sesuatu. Tak lama, tubuhku terasa seperti diseret ke bawah tempat tidur. Aku berusaha meronta, tapi tak ada suara yang keluar. Saat tubuhku hampir tergantung, aku merasakan kabel kipas angin melilit leherku. Dalam hati aku membaca Ayat Kursi lagi, dan perlahan tubuhku terasa ringan kembali. Aku tergeletak di bawah kursi tua di kamar, dengan kabel masih melilit leherku.

Keesokan paginya, bibiku menepuk pipiku, membangunkanku. Dia menemukan aku tidur di lantai dengan kabel kipas melilit leher. Bibiku menanyakan bagaimana aku bisa berada di posisi itu, dan aku menceritakan apa yang terjadi. Ternyata, malam itu Mira sempat memelukku, tapi dia melihat sosok pocong besar, bukan aku. Itu sebabnya dia lari ke kamar orang tuanya.

Akhir dari Gangguan

Kami akhirnya mendatangkan seorang ustaz untuk membersihkan rumah. Kami juga mulai rutin membacakan Yasin setiap selesai salat. Setelah itu, tak ada lagi gangguan yang kuterima dari penghuni tak kasat mata di rumah itu.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *