Misteri Makam Keramat : Petualangan KKN di Desa Angker ; Peristiwa ini terjadi sekitar akhir Juli 2016, saat aku bersama teman-teman dari kampus ditugaskan menjadi mahasiswa KKN di sebuah desa kecil di pesisir pantai selatan. Desa ini masih termasuk dalam wilayah pelosok, tepatnya di pinggiran sebuah kabupaten bernama Cilawesi, yang jaraknya sekitar dua jam dari Pangandaran. Kelompok kami terdiri dari sepuluh orang, dan Andi memimpin sebagai ketua tim. Begitu tiba di sana, kepala desa bersama beberapa perangkat desa lainnya menyambut kami. Ada juga Pak Manan, tokoh masyarakat setempat yang dikenal bijaksana, yang ikut menyapa kami. Kepala desa memberi sambutan hangat, tetapi tidak lama kemudian ia mulai memberi peringatan.

“Di sini mungkin kalian akan menemui banyak hal-hal yang berbeda. Desa ini sangat kental dengan hal gaib dan misteri,” ujar kepala desa sambil menunjuk beberapa botol berisi benda-benda aneh yang katanya adalah santet yang pernah dikirim ke rumahnya.

Aku dan teman-teman cukup terkejut. Meskipun beberapa dari kami pernah mendengar tentang dunia mistis, mendengar cerita langsung membuat kami merasa agak was-was.

Desa Penuh Makam dan Kuburan Keramat

Saat pertama kali kami berkeliling desa untuk survei, pemandangan hampir dua per tiga wilayah desa yang dipenuhi makam benar-benar mengejutkan. Warga setempat sering membicarakan tiga jenis kuburan di desa ini: kuburan biasa, kuburan tua, dan yang paling mengerikan, kuburan keramat. Cerita bahwa desa ini memiliki banyak kuburan membuat kami merasa sedikit tidak nyaman, namun kami mencoba untuk tetap tenang dan profesional.

Misteri Makam Keramat : Petualangan KKN di Desa Angker
Misteri Makam Keramat : Petualangan KKN di Desa Angker

Pertemuan Tak Terduga di Hutan Pinus

Suatu hari, Andi, ketua kami, mendapat tugas untuk mengantar surat undangan rapat ke rumah Pak Kades yang berlokasi di puncak bukit, sekitar dua jam perjalanan dari tempat kami tinggal. Andi berangkat naik ojek yang dikendarai oleh Pak Kosim, seorang warga setempat. Dalam perjalanan, Pak Kosim memecah kesunyian.

“Mas Andi, kamu pernah dengar cerita-cerita hantu di sekitar sini?”

Dia bertanya sambil melirik ke arah Andi, yang tampak sedikit tergugup mendengar pertanyaan tersebut.

“Ah, Pak, jangan ngomong yang aneh-aneh. Bapak sendiri takut sama hantu?” Andi mencoba berkelakar meskipun hatinya mulai was-was.

Pak Kosim hanya tertawa kecil. “Di sini sudah biasa, Mas. Makam-makam di kanan kiri kita ini semua keramat.”

Percakapan mereka terhenti tiba-tiba saat motor yang dikendarai Pak Kosim mendadak mati. Setelah berkali-kali mencoba menyalakan mesin, ban motor justru meletus dengan bunyi keras. Pak Kosim segera memutuskan untuk turun mencari bengkel, sementara Andi menunggu di tengah hutan pinus yang lebat. Sambil duduk di atas batu besar, Andi tidak menyadari bahwa ia sedang duduk di atas nisan kuburan keramat.

Pertemuan dengan Sosok Bayangan Putih

Setelah beberapa waktu, hembusan angin kencang terasa dingin, membuat Andi merinding. Dari kejauhan, tampak sosok bayangan putih berkelebat di antara pepohonan. Sosok itu melayang-layang, seolah mengawasi Andi yang semakin ketakutan. Tiba-tiba sosok itu tertawa pelan, suara yang terdengar mengerikan. Andi hanya bisa berdoa dalam hati sambil menggigil ketakutan, hingga akhirnya pingsan dan ditemukan oleh Pak Kosim.

Teror Pocong di Malam Ronda : Ketika Candaan Menjadi Nyata
ISOTOTO : Platform Game Online Aman & Terpercaya

Malam Misterius di Beranda

Malam itu, saat teman-teman yang lain tertidur, aku dan Rudi memutuskan untuk tetap terjaga di beranda depan. Kami duduk menghadap ke arah masjid tua dan kantor kepala desa, yang letaknya dekat dengan area kuburan. Waktu menunjukkan pukul satu dini hari. Kami mengobrol ringan, hingga tiba-tiba Rudi menunjuk ke arah masjid.

“Eh, kamu lihat itu nggak?” bisik Rudi dengan nada gemetar.

“Apa yang kamu lihat?” Aku penasaran sambil mencoba menajamkan pandangan.

“Itu… pocong!” Rudi menunjuk bayangan putih yang tampak melompat-lompat menuju arah kantor kepala desa. Sontak kami berdua berlari masuk ke rumah, membangunkan teman-teman yang lain. Semuanya terbangun dalam kepanikan, tetapi setelah beberapa saat kami mencoba menenangkan diri dan bersama-sama membaca doa.

Kengerian di Tengah Malam

Beberapa saat kemudian, rasa kantuk mulai menguasai kami semua. Teman-teman memutuskan untuk kembali tidur, kecuali Rudi yang tidur di sofa ruang tamu. Pukul empat dini hari, kami dikagetkan oleh teriakan keras dari arah ruang tamu. Saat kami tiba, kami terperanjat melihat sosok pocong duduk di sebelah Rudi. Wajahnya pucat, kulitnya terkelupas dan penuh dengan luka bernanah. Mata sosok itu menatap sayu ke arah kami, membuat bulu kuduk kami berdiri.

Tanpa pikir panjang, kami mulai membaca doa bersama, berharap makhluk itu segera pergi. Perlahan sosok tersebut memudar hingga hanya menyisakan aroma anyir yang menusuk hidung. Rudi akhirnya tersadar, tetapi masih terguncang oleh kejadian itu. Kami pun memutuskan untuk tidak tidur lagi hingga pagi.

Pagi yang Mengejutkan

Sekitar pukul enam pagi, saat kami bersiap-siap untuk menjalankan tugas KKN, pintu diketuk dari luar. Ternyata, Pak Kosim datang membawa kabar bahwa salah satu warga desa telah meninggal dunia, dan kami diminta datang untuk melayat. Siangnya, kami datang ke rumah duka. Namun, betapa kagetnya kami ketika melihat wajah jenazah tersebut. Wajahnya sama persis dengan sosok pocong yang kami lihat tadi malam. Hati kami bergidik, dan kami hanya bisa saling berpandangan dalam diam, mencerna kenyataan bahwa kami telah mengalami pengalaman yang tak akan pernah terlupakan.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *